Pemberdayaan
merupakan elemen vital dalam bisnis modern. Dengan pemberdayaan, bisnis menjadi
lebih dekat dengan pelanggan, dapat memperbaiki pelayanan pengiriman barang,
meningkatkan produktivitas dan pada akhirnya memenangkan kompetisi.
Hal
tersebut tidak mungkin terjadi sampai organisasi menemukan cara memberdayakan
orangnya. Smith memandang ada dua hal yang menyebabkan perlunya pemberdayaan (Wibowo, 2007:140):
Pertama adalah karena lingkungan
eksternal telah berubah sehingga mengalihkan cara bekerja dengan orang di dalam
organisasi bisnis. Organisasi bisnis di abad ke-21 bekerja dalam dunia yang
penuh ketidakpastian, kompleksitas dan perubahan yang tidak dapat diduga.
Terdapat empat faktor yang
menyebabkannya, yaitu sebagai berikut:
1.
Semakin
intensifnya kompetisi sehingga organisasi perlu memberdayakan orang untuk
melawan tantangan kompetisi.
2.
Inovasi
teknologi berubah cepat, sehingga organisasi perlu memberdayakan orang lain
untuk memnggunakan sebaik mungkin teknologi maju.
3.
Permintaan
yang tetap atas kualitas dan nilai yang lebih baik menyebabkan organisasi perlu
memberdayakan orang untuk menemukan cara yang inovatif guna memperbaiki produk
dan jasa.
4.
Tumbuhnya masalah ekologi menuntut organisasi
perlu memberdayakan orang untuk melaksanakan kebijakan ekologi.
Kedua adalah karena orangnya sendiri
berubah. Sejak lama manajer memandang orang sebagai sumber daya yang paling
berharga. Akhirnya, keamanan dan sukses ke depan suatu organisasi lebih tergantung pada bakat dan
kecerdasan orangnya daripada pada faktor tanah, bangunan, pabrik dan mesin.
Pekerja benar-benar menjadi intellectual
capital organisasi.
Sedangkan
menurut Sedarmayanti (2007:293) pemberdayaan
sumber daya manusia mempunyai tujuan dan korelasi yang sangat signifikan
terhadap organisasi, antara lain:
a.
Produktivitas
kerja
b.
Efisiensi
c.
Pelayanan
d.
Kerusakan
e.
Konseptual
f.
Kepemimpinan
Pendapat
lain mengenai tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kemampuan
organisasi untuk memberikan customer value. Oleh karena itu karyawan harus
memahami costumer value, komponen sistem,
dan bagaimana untuk menentukan dan mengukur costumer
value (Tjiptono & Diana, 2001:128).
Dari
studi yang dilakukan Geralis & Terziovski (Pragnyono, 2010:31), kedua
peneliti tersebut menyimpulkan bahwa harus dilakukan pendekatan holistic dalam
mengimplementasikan pemberdayaan pegawai di perusahaan untuk memaksimalkan mutu
pelayanan. Hasil studi mereka menunjukan bahwa pemberdayaan pegawai merupakan
strategi jitu yang secara signifikasn dapat meningkatakan mutu layanan
perusahaan.
Layanan customer-oriented yang efektif menuntut
pegawai termotivasi untuk memberikan layanan yang kreatif yang sesuai dengan
harapan manajemen pegawai harus diberikan wewenang yang lebih besar agar rasa
memiliki mereka tumbuh, didasari oleh kepercayaan dan dukungan dari manajemen. Pegawai
harus selalu diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan nilai tambah
yang mereka dapatkan dari pengembangan tersebut harus mereka berikan kepada
perusahaan, sehingga keuntungan pegawai dan perusahaan dapat dimaksimalkan.
0 comments:
Post a Comment