TRANSLATE THIS BLOG

Tuesday, September 13, 2011

Kondisi atau suasana belajar yang menyenangkan

Dikhususkan pada unsur-unsur berikut:
-          Kebebasan untuk menjelajah
Suasana belajar yang baik memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan dan cara yang bervariasi. Mahasiswa tidak disarankan untuk hanya menggunakan satu cara dalam menyelesaikan masalah. Di kampus terkadang, dosen seakan memaksa mahasiswanya menggunakan satu cara saja, misalnya dalam menyelesaikan masalah fisika, dosen melatih siswanya untuk menggunakan jalan tunggal yang menurut pendapatnya merupakan jalan yang paling mudah. Hal serupa itu mungkin dapat mempercepat penyelesaian dalam menyelesaikan soal-soal fisika, tetapi mahasiswa tidak diberi kiesempatan lua untuk belajar kreatif.
-          Waktu yang cukup untuk menjelajah
Kecukupan waktu itu disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa. Kondisi ini sangat penting mengingat bahwa proses belajar itu menyangkut proses berfikir dan proses berpikir itu memerlukan waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk berpikir itu bervariaasi di antara mahasiswa. Seorang mahasiswa yang tidak cukup diberi waktu untuk berpikir sesuai dengan kemampuannya, cenderung untuk lekas putus asa.
Apabila mahasiswa dihadapkan pada masalah yang sulit diselesaikannya, maka ia cenderung untuk meninggalkan masalah tersebut tanpa penyelesaian. Dalam kaitan ini, banyak dosen yang hanya memberikan kesenpatan untuk menjelajah kepada para mahasiswa yang mempunyai kemampuan tinggi, dan mengabaikan mereka yang kurang mampu.
-          Pemanfaatan dan penerimaan terhadap jawaban yang salah
Keberhasilan belajar kadang-kadang dapat dicapai melalui berbagai kesalahan dan penilaian yang salah. Berbagai penemuan diperoleh melalui seperangkat kesalahan. Seorang mahasiswa yang memberikan jawaban salah kepada dosen, dan secara langsung disalahkan dan ditolak oleh dosen. Cenderung mengalihkan kegiatannya ke luar proses belajar dan keluar interaksi belajar mengajar.
Sebaliknya apabila jawaban yang salah itu diterima dan dikejar dengan suatu pertanyaan tambahan, maka mahasiswa akan segera mengetahui kesalahannya, kemudian menemukan sendiri jawaban yang benar. Kondisi serupa itu akan mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi secara bebas dalam proses belajar mengajar.
-          Tidak terlampau peduli (losser concern) terhadap kurun waktu belajar
Banyak dosen terlalu ketat terikat pada waktu yang tersedia untuk belajar dan cenderung untuk mengakhiri kegiatan belajar tepat pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan setiap mahasiswa memiliki kecepatan belajarnya sendiri-sendiri.
Situasi ini sangat tidak menguntungkan bagi mahasiswa yang belum selesai belajar, dan yang belum siap untuk mengakhiri kegiatan belajarnya. Mereka terpaksa mengakhiri kegiatan belajarnya dengan tidak mendapatkan semua bahan yang ingin dipelajarinya. Ini berarti, bahwa dosen menyia-nyiakan keinginan atau motivasi mahasiwa untuk belajar. Dengan perkataan lain, dosen yang terlalu ketat dengan kurun waktu belajar tidak menyediakan kondisi belajar yang baik bagi mahasiswanya. Seyogyanya, dosen selalu memerhatikan perbedaan kecepatan belajar dan menyesuaikan akhir pelajarannya dengan perbedaan kecepatan belajar mahasiswa itu.
Untuk menanggulangi hal ini, dosen harus mengenal dan memahami kecepatan belajar mahasiswanya secara perorangan. Ini tidak berarti bahwa setiap mahasiswa harus ditangani secara perorangan dalam belajar. Dalam kedaan tertentu, mahasiswa yang lebih cepat belajar dan telah menyelesaikan pelajarannya sebelum temannya, dapat diminta membantu temannya yang belum menyelesaikan pelajarannya.
-          Tidak terlampau peduli terhadap verbalisasi
Dalam menilai keberhasilan mahasiswa belajar, seharusnya seorang dosen tidak terjebak oleh kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi secara verbal. Kemampuan tersebut memang penting dan merupakan alat untuk menyatakan hasil belajar, sekaligus merupakan salah satu hasil belajar. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa seluruh mahasiswa tidak mempunyai kemampuan verbal yang sama. Dalam hal ini tidak sedikit mahasiswa yang telah mencapai hasil belajar yang memadai, tetapi tidak mampu memngkomunikasikan hasil belajarnya dengan kata-kata secara memadai. Mahasiswa ini pun berhak mendapat penilaian dari hasil  belajar yang sewajarnya.
Siswa yang tidak mampu menyampaikan pikirannya dengan kata-kata yang memadai, pada umumnya menggunakan komunikasi nonverbal (body language). Oleh karena itu dosen harus memahami komunikasi nonverbal.
Apabila kondisi-kondisi untuk belajar itu telah disadari serta dihayati oleh dosen, maka dosen memerlukan kompetensi untuk memanfaatkannya. Dalam kaitan ini, kompetensi dosen itu mencakup kemampuan untuk merumuskan tujuan, menilai kemajuan mahasiswa, menata urutan pelajaran yang akan disajikannya, memahamitingkat perkembangan intelektual mahasiswam mengembangkan daya cipta atau kreativitas, serta mengembangkan keterampilan bertanyajawab.
Kesadaran dosen akan kondisi belajar serta penguasaannya terhadap kompetensi dosen, ternyata tidaklah cukup. Semuanya tidak berjalan sendiri. Hal terpenting adalah penerapannya dalam interaksi belajar mengajar antara mahasiswa dan dosen. Wahana yang efektif untuk dapat terpadunya pengembangan kondisi belajar dan penerapan kompetensi untuk menunjang kelestarian hasil belajar pada diri mahasiswa ialah interaksi manusiawi di anatara mahasiswa dan dosen. Interaksi manusiawi dapat menjadikan pengajaran sebagai pendidikan yang mempribadi. Ini berarti, bahwa pengajaran bukan hanya terarah pada dikuasainya sejumlah pengetahuan, melainkan keseluruhannya memberikan sumbangan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian mahsiswa yang bersangkutan.
Pendidikan mempribadi ini berasumsi bahwa hasil pengajaran atau pendidik bukan hanya berupa kepatuhan akan kaidah dan peraturan yang diajarkan atau identifikasi terhadap perilaku pendidiknya, melainkan sampai pada internalisasi norma dan nilai yang diinginkan. Kepatuhan dan identifikasi berbeda dari internalisasi. Kepatuhan terjadi apabila orang yang bersangkutan patuh karena hanya menginginkan reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok tertentu. Identifikasi terjadi apabila orang yang bersangkutan menginginkan atau mempertahankan hubungan yang menyenangkan dengan orang atau kelompok tertentu. Adapun internalisasi terjadi apabila individu yang bersangkutan menerima pengaruh tertentu karena isi dari pesan yang diperkenalkan berupa gagasan atau tindakan yang diajarkan.

0 comments:

Post a Comment