-
Kebebasan untuk menjelajah
Suasana belajar yang baik memberikan kebebasan kepada
mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan dan cara
yang bervariasi. Mahasiswa tidak disarankan untuk hanya menggunakan satu cara
dalam menyelesaikan masalah. Di kampus terkadang, dosen seakan memaksa
mahasiswanya menggunakan satu cara saja, misalnya dalam menyelesaikan masalah
fisika, dosen melatih siswanya untuk menggunakan jalan tunggal yang menurut
pendapatnya merupakan jalan yang paling mudah. Hal serupa itu mungkin dapat
mempercepat penyelesaian dalam menyelesaikan soal-soal fisika, tetapi mahasiswa
tidak diberi kiesempatan lua untuk belajar kreatif.
-
Waktu yang cukup untuk menjelajah
Kecukupan waktu itu disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa.
Kondisi ini sangat penting mengingat bahwa proses belajar itu menyangkut proses
berfikir dan proses berpikir itu memerlukan waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk
berpikir itu bervariaasi di antara mahasiswa. Seorang mahasiswa yang tidak
cukup diberi waktu untuk berpikir sesuai dengan kemampuannya, cenderung untuk
lekas putus asa.
Apabila mahasiswa dihadapkan pada masalah yang sulit
diselesaikannya, maka ia cenderung untuk meninggalkan masalah tersebut tanpa
penyelesaian. Dalam kaitan ini, banyak dosen yang hanya memberikan kesenpatan
untuk menjelajah kepada para mahasiswa yang mempunyai kemampuan tinggi, dan
mengabaikan mereka yang kurang mampu.
-
Pemanfaatan dan penerimaan terhadap
jawaban yang salah
Keberhasilan belajar kadang-kadang dapat dicapai melalui
berbagai kesalahan dan penilaian yang salah. Berbagai penemuan diperoleh
melalui seperangkat kesalahan. Seorang mahasiswa yang memberikan jawaban salah
kepada dosen, dan secara langsung disalahkan dan ditolak oleh dosen. Cenderung
mengalihkan kegiatannya ke luar proses belajar dan keluar interaksi belajar
mengajar.
Sebaliknya apabila jawaban yang salah itu diterima dan
dikejar dengan suatu pertanyaan tambahan, maka mahasiswa akan segera mengetahui
kesalahannya, kemudian menemukan sendiri jawaban yang benar. Kondisi serupa itu
akan mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi secara bebas dalam proses belajar
mengajar.
-
Tidak terlampau peduli (losser concern) terhadap kurun waktu
belajar
Banyak dosen terlalu ketat terikat pada waktu yang tersedia
untuk belajar dan cenderung untuk mengakhiri kegiatan belajar tepat pada waktu
yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan setiap mahasiswa memiliki kecepatan
belajarnya sendiri-sendiri.
Situasi ini sangat tidak menguntungkan bagi mahasiswa yang
belum selesai belajar, dan yang belum siap untuk mengakhiri kegiatan
belajarnya. Mereka terpaksa mengakhiri kegiatan belajarnya dengan tidak
mendapatkan semua bahan yang ingin dipelajarinya. Ini berarti, bahwa dosen
menyia-nyiakan keinginan atau motivasi mahasiwa untuk belajar. Dengan perkataan
lain, dosen yang terlalu ketat dengan kurun waktu belajar tidak menyediakan
kondisi belajar yang baik bagi mahasiswanya. Seyogyanya, dosen selalu
memerhatikan perbedaan kecepatan belajar dan menyesuaikan akhir pelajarannya
dengan perbedaan kecepatan belajar mahasiswa itu.
Untuk menanggulangi hal ini, dosen harus mengenal dan
memahami kecepatan belajar mahasiswanya secara perorangan. Ini tidak berarti
bahwa setiap mahasiswa harus ditangani secara perorangan dalam belajar. Dalam
kedaan tertentu, mahasiswa yang lebih cepat belajar dan telah menyelesaikan
pelajarannya sebelum temannya, dapat diminta membantu temannya yang belum
menyelesaikan pelajarannya.
-
Tidak terlampau peduli terhadap
verbalisasi
Dalam menilai keberhasilan mahasiswa belajar, seharusnya
seorang dosen tidak terjebak oleh kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi
secara verbal. Kemampuan tersebut memang penting dan merupakan alat untuk
menyatakan hasil belajar, sekaligus merupakan salah satu hasil belajar. Akan
tetapi, perlu diperhatikan bahwa seluruh mahasiswa tidak mempunyai kemampuan
verbal yang sama. Dalam hal ini tidak sedikit mahasiswa yang telah mencapai
hasil belajar yang memadai, tetapi tidak mampu memngkomunikasikan hasil
belajarnya dengan kata-kata secara memadai. Mahasiswa ini pun berhak mendapat
penilaian dari hasil belajar yang
sewajarnya.
Siswa yang tidak
mampu menyampaikan pikirannya dengan kata-kata yang memadai, pada umumnya menggunakan komunikasi nonverbal (body
language). Oleh karena itu dosen harus memahami komunikasi nonverbal.
Apabila
kondisi-kondisi untuk belajar itu telah disadari serta dihayati oleh dosen,
maka dosen memerlukan kompetensi untuk memanfaatkannya. Dalam kaitan ini,
kompetensi dosen itu mencakup kemampuan untuk merumuskan tujuan, menilai
kemajuan mahasiswa, menata urutan pelajaran yang akan disajikannya,
memahamitingkat perkembangan intelektual mahasiswam mengembangkan daya cipta
atau kreativitas, serta mengembangkan keterampilan bertanyajawab.
Kesadaran dosen
akan kondisi belajar serta penguasaannya terhadap kompetensi dosen, ternyata
tidaklah cukup. Semuanya tidak berjalan sendiri. Hal terpenting adalah
penerapannya dalam interaksi belajar mengajar antara mahasiswa dan dosen.
Wahana yang efektif untuk dapat terpadunya pengembangan kondisi belajar dan
penerapan kompetensi untuk menunjang kelestarian hasil belajar pada diri
mahasiswa ialah interaksi manusiawi di anatara mahasiswa dan dosen. Interaksi
manusiawi dapat menjadikan pengajaran sebagai pendidikan yang mempribadi. Ini
berarti, bahwa pengajaran bukan hanya terarah pada dikuasainya sejumlah
pengetahuan, melainkan keseluruhannya memberikan sumbangan pada pembentukan dan
pengembangan kepribadian mahsiswa yang bersangkutan.
Pendidikan
mempribadi ini berasumsi bahwa hasil pengajaran atau pendidik bukan hanya
berupa kepatuhan akan kaidah dan peraturan yang diajarkan atau identifikasi
terhadap perilaku pendidiknya, melainkan sampai pada internalisasi norma dan
nilai yang diinginkan. Kepatuhan dan identifikasi berbeda dari internalisasi.
Kepatuhan terjadi apabila orang yang bersangkutan
patuh karena hanya menginginkan reaksi yang menyenangkan dari orang atau
kelompok tertentu. Identifikasi terjadi apabila orang yang bersangkutan
menginginkan atau mempertahankan hubungan yang menyenangkan dengan orang atau
kelompok tertentu. Adapun internalisasi terjadi apabila individu yang
bersangkutan menerima pengaruh tertentu karena isi dari pesan yang
diperkenalkan berupa gagasan atau tindakan yang diajarkan.
0 comments:
Post a Comment